MONOSAKARIDA
A.
Pengertian
Monosakarida (dari Bahasa Yunani mono: satu, sacchar: gula) adalah
senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Beberapa monosakarida mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah
larut air, tidak berwarna, dan berbentuk
padat kristal. Contoh dari monosakarida adalah glukosa (dextrosa), fruktosa (levulosa), galactosa, xylosa dan ribosa. Monosakarida merupakan senyawa
pembentuk disakarida (seperti sukrosa) dan polisakarida (seperti selulosa dan amilum).
Monosakarida digolongkan berdasarkan jumlah atom karbon yang
dikandungnya (triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, dan heptosa) dan gugus aktifnya, yang bisa
berupa aldehida
atau keton.
Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan ketotriosa.
Selanjutnya, tiap atom karbon yang mengikat gugus hidroksil (kecuali pada
kedua ujungnya) bersifat optik aktif, sehingga
menghasilkan beberapa karbohidrat yang berlainan meskipun struktur dasarnya
sama. Sebagai contoh, galaktosa adalah
aldoheksosa, namun memiliki sifat yang berbeda dari glukosa karena atom-atomnya
disusun berlainan.
Monosakarida
biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon, dan berdasarkan jumlah atom
karbon penyusunnya, monosakarida dibedakan alas triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, heptosa, oktosa, dan nonosa. Jadi, triosa adalah monosakarida yang
mempunyai tiga atom karbon. Monosakarida yang paling banyak ditemukan di alam
adalah pentosa dan heksosa. Meskipun demikian, triosa, beberapa tetrosa, dan
beberapa heptosa juga berperanan penting dalam metabolisme hewan, manusia, dan
tanaman.
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai
heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen
dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai
gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi,
yaitu glukosa, fruktosa, dan
galaktosa. Ketiga macam monosakarida
ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom
hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan
atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam
susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya
larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut. monosakarida
yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D).
gugus hidroksil ada karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan. Struktur kimianya
dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin. Jenis heksosa lain yang
kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon
disebut pentosa, seperti ribosa dan arabinosa.
Monosakarida Rantai Terbuka
Monosakarida Rantai Cincin
Karbohidrat
sederhana dibagi menjadi 2 yaitu Aldosa (mempunyai gugus formil bebas) dan
Ketosa (mempunyai gugus karbonil babas).
a. Aldosa
( Polihidroksialdehida )
Memiliki gugus aldehid
pada salah satu ujungnya.
Contoh
:
-
Aldopentosa : Ribosa, C5H10O5
dan Deoksiribosa, C5H10O4
-
Aldoheksosa
: Glukosa, C6H12O6 dan
galaktosa, C6H12O6
b. Ketosa
( Polihidroksiketon )
Contoh :
-Ketoheksosa : Fruktosa, C6H12O6
Monosakarida
dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan sebagainya
dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa adalah suatu
disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan
fruktosa. Monosakarida dan disakarida umumnya larut dalam air dan umumnya
terasa manis. Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan
monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida. Jika lebih dari delapan satuan monosakarida
diperoleh dari hidrolisis, maka karbohidrat itu disebut polisakarida. Contoh
polisakarida adalah pati, yang dijumpai dalam gandum dan tepung jagung, dan
selulosa, penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan komponen utama dari
kapas
Ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya dinamakan ikatan glikosidik. Monosakarida yang paling banyak terdapat di alam ialah yang beratom C3 sampai C6, terutama yang berantai atom C5 dan C6, misalnya glukosa, fruktosa, xilosa, dan lainnya.
Ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya dinamakan ikatan glikosidik. Monosakarida yang paling banyak terdapat di alam ialah yang beratom C3 sampai C6, terutama yang berantai atom C5 dan C6, misalnya glukosa, fruktosa, xilosa, dan lainnya.
Berikut ciri-ciri umum dari monosakarida,
·
Merupakan karbohidrat yang paling
sederhana,tidak dapat dihidrolisis lebih lanjut
·
Merupakan kristal padat yang bebas
larut di dalam air, tidak larut dalam pelarut nonpolar
·
Diserap langsung oleh alat pencernaan
·
Perbedaan struktur menyebabkan
sifat spesifik
·
Mempunyai rumus empiris (CH2O)n,
dimana n = 3 – 8. Jumlah atom C: triosa, tetrosa, pentosa
dan hesosa
·
Tidak berwarna, padat kristalin
·
Berasa manis
·
Semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air.
·
Larutannya bersifat optis aktif.
·
Larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami perubahan
·
Sudut putaran disebut mutarrotasi.
·
Semua monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula
pereduksi.
B. Struktur dan Nomenklatur Penamaan
Dengan
beberapa pengecualian (contohnya deoxyribose),
monosakarida mempunyai rumus kimia umum Cx(H2O)y,
dimana x minimal 3. Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah
atom karbon
(atau jumlah x) yang terkandung: diosa
(2) triosa
(3) tetrosa
(4), pentosa
(5), heksosa
(6), heptosa
(7), dan seterusnya.
Jenis
monosakarida yang paling penting, glukosa, merupakan heksosa. Contoh dari
heptosa adalah manoheptulosa
ketosa dan sedoheptulosa.
Monosakarida dengan atom karbon 8 atau lebih jarang ditemukan karena agak tidak
seimbang.
Contoh
lainnya:
- triosa: gliseraldehida dan dihidroksiaseton
- tetrosa: eritrosa
- pentosa: liksosa, ribosa, dan deoksiribosa
- heksosa: idosa, glukosa, fruktosa, dan galaktosa
C. Klasifikasi Monosakarida
Monosakarida diklasifikasikan
berdasarkan tiga karakteristik yang berbeda: penempatan gugus karbonil, jumlah
atom karbon yang dikandungnya, dan wenangan kiral nya. Jika gugus karbonil merupakan
aldehida, monosakarida adalah suatu aldosa, jika gugus karbonil adalah keton,
monosakarida adalah suatu ketose. Monosakarida dengan tiga atom karbon disebut
triosa, mereka dengan empat disebut tetroses, lima disebut pentosa, heksosa
enam adalah, dan sebagainya. Kedua sistem klasifikasi tersebut sering
digabungkan. Sebagai contoh, glukosa adalah aldohexose (suatu aldehida enam
karbon), ribosa adalah aldopentose (suatu aldehida lima-karbon), dan fruktosa
adalah ketohexose (keton enam karbon). Setiap atom karbon bantalan gugus
hidroksil (-OH), dengan pengecualian pada karbon pertama dan terakhir, yang
asimetris, membuat mereka stereocenters dengan dua konfigurasi yang mungkin
masing-masing (R atau S). Karena asimetri ini, sejumlah isomer mungkin ada untuk
semua formula monosakarida yang diberikan. Para aldohexose D-glukosa, misalnya,
memiliki rumus (C · H 2 O) 6, yang semua kecuali dua atom
karbon yang enam stereogenic, membuat D-glukosa salah satu dari 2 4
= 16 stereoisomer mungkin. Dalam kasus gliseraldehida, aldotriose, ada satu
sepasang stereoisomer yang mungkin, yang enantiomer dan epimers.
1,3-dihidroksiaseton, yang ketose sesuai dengan gliseraldehida aldosa, adalah
molekul simetris tanpa stereocenters). Penugasan D atau L adalah dibuat sesuai
dengan orientasi dari karbon asimetrik terjauh dari gugus karbonil: dalam
proyeksi Fischer standar jika gugus hidroksil yang di sebelah kanan adalah
molekul gula D, selain itu adalah gula L. "D-" dan "L-"
prefiks tidak harus bingung dengan "d-" atau "l-", yang
menunjukkan arah bahwa gula berputar cahaya terpolarisasi bidang. Ini
penggunaan "d-" dan "l-" tidak lagi diikuti dalam kimia
karbohidrat.
1.
Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa,
disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa
dengan rumus molekul C6H12O6, adalah
monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan polihidroksi
aldehida (memiliki gugus CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk siklik
yang disebut “cincin piranosa”, bentuk siklik ini paling stabil untuk aldosa
beratom karbon enam. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun
0,065- 0,11% darah kita.
D_Glukosa
Dalam cincin piranosa, atom karbon
mengikat gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali untuk atom C no.5, yang terikat
pada gugus CH2OH sebagai atom karbon nomor 6. Struktur cincin ini
berada dalam kesetimbangan pada pH 7, struktur D-Glukosa dalam bentuk cincin
piranosa. Selain memiliki isomer, Glukosa juga memiliki enansiomer yaitu isomer
cermin terhadap dirinya yaitu D-glukosa dan L-glukosa. Namun kenyataannya yang
ditemukan pada organisme, hanya yang dalam bentuk D-isomer. Dalam bentuk rantai
lurus kita dapat dengan mudah membedakan Bentuk D atau L konformasi isomer pada
karbon nomor 5 atau pada atom C asimetris. Notasi D berasal dari kata Dextro
berarti kanan, dan notasi L berarti levo atau kiri, sebagai penanda digunakan
gugus hidroksilnya.
Bentuk
Cincin Piranosa Senyawa D-Glukosa
Sedangkan pada cincin piranosa juga
memiliki dua bentuk yang khas, yaitu posisi dari gugus hidroksil pada atom
karbon pertama. Jika gugus hidroksil berposisi di bawah hidrogennya, maka
disebut dengan bentuk α (alfa). Demikianpula sebaliknya jika gugus hidroksilnya
berposisi di atas hidrogennya, disebut dengan bentuk β (beta). Glukosa di dalam
air akan membentuk keseimbangan dalam dua bentuk, yaitu bentuk α -D–Glukosa dan
β -D–Glukosa, dengan komposisi 36 : 64. Proses perubahan dari α -D–Glukosa ke β
-D–Glukosa atau sebaliknya disebut dengan disebut mutarotasi.
D-glukosa
|
β-D-glukosa
|
α-D-glukosa
|
Glukosa
dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat
penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk
menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut
seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.
Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa
dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari dan klorofil dalam daun.
Adapun sifat glukosa yaitu:
·
Memutar bidang
polarisasi cahaya ke kanan (+52.70)
·
Dapat mereduksi larutan
fehling dan membuat larutan merah bata
·
Dapat mengalami
mutarotasi
·
Dapat difermentasi
menghasilkan alkohol (etanol) dengan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa merupakan sumber tenaga
utama bagi makhluk hidup. Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui
saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar
sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya
sebagai glikogen.
Glikogen merupakan sumber energi
cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan
kembali. Perombakan karbohidrat yang menghasilkan bentuk lain selain glukosa
seperti: fruktosa dan galaktosa, akan diangkut ke hati, dandikonversi atau
diubah menjadi glukosa. Fruktosa merupakan monosakarida yang memiliki enam atom
karbon merupakan isomer dari glukosa, namun memiliki gugus aldehid. Fruktosa
terasa lebih manis dari glukosa dan banyak terdapat dalam buahbuahan. Untuk
membedakan struktur molekul glukosa dengan fruktosa.
Glukosa juga memiliki keunggulan
yaitu tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein
dengan cara mereduksinya. Reaksi ini dikenal dengan glikosilasi yang dapat
merusak fungsi berbagai enzim. Hal ini disebabkan karena glukosa berada dalam
bentuk isomer siklik yang kurang reaktif. Beberapa dampak glikosilasi protein
adalah komplikasi akut seperti diabetes, gagal ginjal, dan kerusakan saraf peripheral.
2.
Fruktosa
Fruktosa
adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi
ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa
merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.
Fruktosa Disebut juga gula buah
ataupun levulosa. Fruktosa banyak dijjumpai pada mahkota bunga, madu dan hasil
hidrolisa dari gula tebu. Di dalam tubuh fruktosa didapat dari hasil pemecahan
sukrosa.
(a)
|
(b)
|
Struktur
Fruktosa : a. Struktur Terbuka, b. Struktur siklik
Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa
dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena)
dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula buah, dperoleh dari hdrolisis
sukrosa.
Adapun sifat Fruktosa yaitu :
·
Memutar bidang
polarisasi cahaya ke kiri (-92.4oC)
·
Dapat mereuksi larutan
fehling dan membentuk endapan merah bat
·
Dapat difermentasi
Fruktosa
dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Sama
seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.
Fruktosa dapat
membentuk :
·
Cincin piranosa, melalui reaksi antara gugus
keto atom C2 dengan OH dari C6.
·
Cincin furanosa, melalui reaksi antara gugus
keto atom C2 dengan OH dari C5.
3.
Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu
aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan
dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu.
Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang
larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula
pereduksi.
D-galaktosa
|
β-D-galaktosa
|
α-D-galaktosa
|
Umumnya
berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam
susu. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan.
Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa
menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan
asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Dapat diperoleh dari hidrolisis
gula susu (laktosa).
Adapun
sifat Galaktosa yaitu :
·
Dapat mereduksi larutan fehling membentuk endapan merah bata
·
Tidak dapat difermentasi
Galaktosa
Tidak dijumpai dalam bentuk bebas di alam, galaktosa yang ada di
dalam tubuh merupakan hasil hidrolisa dari laktosa.
4. Pentosa
Pentosa adalah suatu monosakarida yang memiliki lima atom karbon, dengan satu gugus fungsi aldehida pada posisi
1 (aldopentosa) atau keton pada posisi 2 (ketopentosa). Aldopentosa memiliki
tiga pusat kiral ("atom karbon asimetris") sehingga terdapat delapan
stereoisomer. Molekul 4-D-aldopentosa,
CH=O
CH=O CH=O CH=O
|
| | |
HC-OH
HO-CH HC-OH HO-CH
|
| | |
HC-OH
HC-OH HO-C
HO-CH
|
| | |
HC-OH
HC-OH HC-OH HC-OH
|
| | |
CH2OH
CH2OH CH2OH CH2OH
Ketopentosa memiliki dua pusat kiral sehingga menghasilkan empat
stereoisomer - ribulosa (dalam bentuk L- dan D-) dan xilulosa (dalam bentuk L- dan D-).
5. Ribosa
Ribosa, atau D-ribosa, adalah sebuah aldopentosa
— sebuah monosakarida yang terdiri dari lima atom karbon, dan
termasuk sebuah gugus fungsional aldehida
dalam bentuk linearnya. Ribosa memiliki formula kimia
C5H10O5,
dan ditemukan pada 1905
oleh Phoebus Levene.
Sebagai
sebuah komponen RNA
yang digunakan untuk transkripsi genetika, ribosa sangat penting bagi makhluk
hidup. Dia berhubungan dengan deoksiribosa, yang
merupakan komponen dari DNA.
Ribosa juga komponen dari ATP, NADH, dan beberapa kimia
lainnya yang sangat penting bagi metabolisme.
D. Sifat
Monosakarida
a. Reaksi dengan basa dan
asam
Apabila glukosa
dilarutkan ke dalam basa encer, beberapa jam kemudian dihasilkan campuran yang
terdiri dari fruktosa, manosa, dan sebagian glukosa semula. Sedangkan, dalam
basa encer, monosakarida sangat stabil, tetapi jika aldoheksosa dipanaskan
dalam asam kuat, akan mengalami dehidrasi dan diperoleh bentuk hidroksimetil
furtural. Dalam bentuk yang sama, pentose juga akan berubah menjadi bentuk
furtural.
b. Gula pereduksi
Sebagian
karbohidrat bersifat gula pereduksi.
Sifat gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang
bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa
mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat dalam pH netral oleh zat
pengoksidasi atau enzim. Dalam zat pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus
alkohol primer akan teroksidasi membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat.
Gugus aldehida atau gugus keton monosakarida dapat direduksi secara secara
kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-sorbito yang berasal dari D-glukosa.
c. Pembentukan glikosida
Monosakarida dapat
membentuk glikosida dan asetal. Jika gugus hidroksil pada sebuah molekul gula
bereaksi dengan hidroksil dari hemiasetal atau hemiaketal molekul gula yang
lain, maka akan terbentuk glikosida yang disebut disakarida. Ikatan ini
dinamakan ikatan glikosida yang berfungsi untuk menghubungkan sejumlah besar
unit monosakarida menjadi polisakarida.
d. Pembentukan ester
Semua monosakarida atau
polisakarida dapat terasetilasi oleh asam asetat anhidrida yang berlebihan
membentuk O-asetil-α-D-glukosa. Gugus asetil yang berikatan secara ester ini
bisa dihidrolisis oleh asam atau basa. Sifat ini sering juga digunakan untuk
penentuan struktur karbohidrat. Senyawa ester yang penting dalam dalam
metabolisme adalah ester fosfat.
e. Fenilosazon dan Osazon
Monosakarida dapat
bereaksi dengan larutan fenil hidrazin dalam suasana asam pada suhu 100oC,
membentuk ozazon. Senyawa ini tidak larut dalam air dan mudah mengkristal.
Glukosa, fruktosa, dan manosa akan menghasilkan fenolsazon yang sama,
selanjutnya, akan terbentuk asazon yang berwarna, mengkristal secara khas, dan
dapat digunakan untuk menentukan jenis karbohidrat.
E. Kelarutan
Monosakarida
larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar, hal ini karena monosakarida
memiliki komponen terluar tiap molekulnya yaitu atom O dan H yang bisa
"menempel" dengan atom O dan H dari air. Atom O dari monosakarida
menempel dengan atom H dari air, dan atom H dari monosakarida menempel dengan atom
O dari air.
Pelarut
organik hampir semuanya hanya memiliki komponen atom terluar berupa atom H,
sehingga tidak bisa menempel dengan atom O dari monosakarida. Eter yang
memiliki atom O, seluruh lengan elektronnya sudah berikatan kuat dengan atom C
yang ada di sebelah kanan dan kirinya sehingga tidak bisa menempel dengan atom
H yang ada di monosakarida.
F.
Konfigurasi
Monosakarida
Beberapa
monosakarida berbeda strukturnya; misalnya, glukosa dan galaktosa adalah suatu
aldehida dan fruktosa suatu keton. Monosakarida yang lain yang lazim ternyata
adalah diastereomer ( stereisomer yang tidak enantiomerik) satu sama lain; misalnya
glukosa dan galaktosa adalah epimer satu terhadap yang lain. Epimer ialah
distereomer yang konfigurasinya berbeda hanya pada satu dari atom-atom karbon
kiralnya.
G. Ring Isomer
Rantai Lurus
Kelompok
aldehid atau keton dari monosakarida rantai lurus akan bereaksi reversibel
dengan gugus hidroksil pada atom karbon yang berbeda untuk membentuk,
hemiacetal atau hemiketal membentuk cincin heterosiklik dengan jembatan oksigen
antara dua atom karbon. Cincin dengan lima dan enam atom disebut bentuk
furanose dan pyranose, masing-masing, dan ada dalam kesetimbangan dengan bentuk
rantai lurus.
Selama
konversi dari rantai lurus bentuk ke bentuk siklik, atom karbon yang mengandung
oksigen karbonil, yang disebut karbon anomeric, menjadi pusat stereogenic
dengan dua konfigurasi yang mungkin: Atom oksigen mungkin mengambil posisi di
atas atau di bawah bidang cincin . Pasangan yang mungkin dihasilkan dari
stereoisomer yang disebut anomers. Dalam''''anomer α,-OH substituen pada karbon
anomeric terletak di sisi berlawanan (trans) dari cincin dari sisi cabang OH CH
2. Bentuk alternatif, di mana CH 2 OH dan substituen
hidroksil anomeric berada pada sisi yang sama (cis) dari pesawat dari cincin,
disebut β''''anomer. Anda dapat mengingat bahwa anomer β adalah cis oleh
mnemonic itu, "Itu selalu lebih baik untuk sampai βe". Karena cincin
dan rantai lurus bentuk interconvert mudah, baik anomers ada dalam
kesetimbangan. Ia memiliki banyak kegunaan seperti peran penting dalam industri
kertas dan tekstil, dan digunakan sebagai bahan baku untuk produksi dari rayon
(viscose melalui proses), selulosa asetat, seluloid, dan nitroselulosa. Kitin
memiliki struktur yang serupa, tetapi mengandung nitrogen cabang samping,
meningkatkan kekuatannya. Hal ini ditemukan di arthropoda exoskeletons dan
dalam dinding sel dari beberapa jamur. Ia juga memiliki kegunaan ganda, termasuk
benang bedah.
Polisakarida
lainnya termasuk callose atau laminarin, chrysolaminarin, xilan, Mannan,
fucoidan, dan galactomannan.
H.
Isomerisasi Monosakarida
Aldosa dan ketosa sederhana
terdiri dari jumlah atom karbon yang sama merupakan isomer satu sama lain,
karena itu, heksosa dan hexulosa keduanya memiliki rumus empiris yang sama C6H12O
6 dan dapat diinterkonversi dengan isomerisasi. Isomerisasi
monosakarida melibatkan kedua gugus karbonil dan gugus hidroksil yang
berdekatan. Dengan reaksi ini, satu aldosa berubah menjadi aldosa yang lain
(dengan konfigurasi C-2 yang berlawanan) dan ketosa yang sesuai, sedangkan
ketosa berubah menjadi dua aldosa yang sesuai. Oleh karena itu, dengan
isomerisasi, D-glukosa, D-mannosa, dan D-fruktosa dapat diinterkonversi.
Isomerisasi dapat dikatalisis dengan basa atau enzim.
I.
Bentuk
Cincin Monosakarida
Gugus karbonil aldehid bersifat
reaktif dan dengan mudah mengalami nukleifilik yang diambil oleh atom oksigen
dari gugus hidroksil untuk menghasilkan hemiasetal. Gugus hidroksil hemiasetal
dapat bereaksi lebih jauh (dengan kondensasi) dengan gugus hidroksil dari
alkohol menghasilkan acetal. Reaksi gugus karbonil ketosa hampir sama.
Bentuk hemiasetal dapat terjadi
dalam gula molekul aldosa atau ketosa yang sama dimana karbonil fungsional
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksilnya. Hasilnya adalah enam-anggota
cincin gula yang disebut piranosa. Dalam hal ini atom oksigen dari gugus
hidroksil pada C-5 untuk bereaksi membentuk cincin, C-5 harus berotasi untuk
membawa atom oksigennya ke atas/naik. Rotasi ini mem-bawa gugus hidroksimetil
(C-6) ke posisi di atas cincin. Gambar cincin D-glukopiranosa di bawah ini
menunjukkan proyeksi Haworth.
Gula dapat juga membentuk
lima-anggota cincin yang disebut dengan furanosa, namun jarang terjadi.
Ketika atom karbon dari gugus
karbonil terlibat dalam formasi cincin, untuk menjadi hemiasetal (piranosa atau
furanosa), ia menjadi kiral. Dengan gula-D konfigurasi yang memiliki gugus
hidroksil di bawah cincin disebut dengan bentuk alpha.
J.
Glikosida
Bentuk hemiasetal gula dapat
bereaksi dengan alkohol untuk menghasilkan asetal penuh yang disebut de-ngan
glikosida. Hubungan asetal dengan atom karbon anomerik ditantadi oleh akhiran –ide
. Misalnya D-glukosa bereaksi dengan methanol, produk utamanya adalah metil
α-D-glukopyranoside dan sedikit metil β-D-glukopyranoside.
Dua bentuk anomerik furanosida juga terbentuk, namun strukturnya memiliki
energi yang lebih tinggi, mereka membentuk bentuk yang lebih stabil dan
terdapat pada equilibrium dalam jumlah yang ren-dah. Dalam hal ini gugus methil
dan beberapa gugus lain terikat pada gula membentuk glikosida, yang disebut
aglikon. Glikosida mengalami hidrolisasi menghasilkan gula reduksi dan senyawa
terhidroksilasi.
K. Identifikasi Monosakarida
a.
Senyawa Iodo
Jika suatu aldosa direaksikan
dengan Asam Iodida (HI), maka aldosa akan kehilangan seluruh oksigennya dan
digantikan dengan senyawa Iodat (C6H13I). Turunan yang
dihasilkan merupakan suatu senyawa dengan rantai lurus seperti heksana. Ini
membuktikan bahwa aldosa tidak mempunyai rantai samping. Dengan reaksi:
C6H12O6
+ HI → CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2I
+ 3O2
b.
Oksidasi
Oksidasi monosakarida akan
menghasilkan asam. Gugus aldehid yang terdapat pada aldosa teroksidasi menjadi
gugus aldonat. Apabila gugus CH2OH teroksidasi maka akan membentuk
asam uronat. Larutan HNO3 pekat dapat mengoksidasi kedua gugus aldehida membentuk
asam sakarat.
Para
monosakarida yang paling berlimpah adalah glukosa dengan n = . Dengan demikian rumus untuk glukosa akan (CH 2
O) 6 atau C 6 H 12 O 6.. Monosakarida umum lain adalah fruktosa (n = 6)
dan galaktosa (juga n = 6). formula! Ketiga
molekul memiliki rumus molekul yang sama! Bagaimana mereka berbeda?. Cukup, susunan atom dalam molekul masing-masing
sedikit berbeda. Jadi meskipun semua tiga molekul yang sangat mirip, mereka
berbeda dan berbed. Molekul yang memiliki
rumus molekul sama tetapi struktur yang berbeda yang dikenal sebagai isomer. Glukosa, fruktosa, dan galaktosa semua isomer
satu sama lain.
Oksidasi Gula
Oksidasi Gula Aldehid
·
Gula
yang dapat dioksidasi adalah senyawa pereduksi. Gula yang demikian disebut
sebagai gula pereduksi.
·
Senyawa
yang sering digunakan sebagai pengoksidasi adalah ion Cu+2, yang
berwarna biru cerah, yang akan tereduksi menjadi ion Cu+, yang
berwarna merah kusam. Hal ini menjadi dasar bagi pengujian Benedict yang
digunakan untuk menentukan keberadaan glukosa dalam urin, suatu pengujian bagi
diagnosa diabetes.
Adapun Indentifikasi lainnyai yaitu :
1. Uji umum utk karbohidrat adalah uji
Molisch. bila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftol,
kemudian H2SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada
bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.
2. Uji
Benedict : mengujiadanya gugus fungsi aldehida. Pereaksi Benedict dibuat dari
natrium sitrat dan tembaga (II) sitrat. Identifikasi
: Sampel dipanaskan dengan pereaksi Benedict. Jika (Cu2O)
berarti gugus memiliki fungsi aldehida.
3. Uji Fehling : membedakan gugus fungsi aldehida
dan keton, serta mengidentifikasi adanya gula perduksi. Pereaksi Fehling dibuat
dari tembaga (II) sulfat dalam larutan alkalin yang mengandung garam kalium
natrium tartrat, sehingga terbentuk ion kompleks tembaga (II) tartrat berwarna
biru tua. Identifikasi : Sampel dipanaskan
dengan larutan Fehling. Jika terbentuk endapan merah bata (Cu2O),
berarti sampel mengandung gula pereduksi.
4. Uji
Tollens : Membedakan gugus fungsi
aldehida dan keton. Pereaksi tollens dibuat dengan mencampur NaOH, AgNO3,
dan NH3, sehingga terbentuk ion kompleks [ Ag(NH3)2]+.
Identifikasi : Sampel diuji. Jika
terbentuk kaca perak pada sisi tabung seperti cermin, berarti sampel mengandung
gugus aldehida.
5.
reaksi Seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa).
Pereaksi seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa
diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan
terjadi perubahan warna menjadi lebih tua.
L.
Reaksi Monosakarida
Reaksi Oksidasi
Berdasarkan
kemampuannya untuk mereduksi senyawa/pereaksi (Tohlens, Benedict, Fehling),
monosakarida dapat digolongkan :
·
Gula pereduksi
·
Gula non pereduksi
Kemampuan monosakarida untuk
mereduksi pereaksi-pereaksi tersebut di atas didasarkan pada adanya gugus
aldehid atau gugus a-hidroksi keton, dimana
dengan adanya pereaksi-pereaksi tersebut gugus aldehid atau a-hidroksi keton akan teroksidasi menjadi
karboksilat/keton. Semua monosakarida adalah Gula Pereduksi,
n
Oksidasi aldosa oleh pereaksi Fehling’s, Benedict’s atau Tohlen’s
membentuk asam monokarboksilat ® Asam Aldonat.
n
Oksidasi aldosa dengan oksidator kuat (HNO3 panas)
menghasilkan asam dikarboksilat karena HNO3 selain mengoksidasi
gugus aldehid juga mampu mengoksidasi gugus CH2OH terminal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar